Mengakui Kekurangan Diri

Manusia diciptakan banyak memiliki kelebihan dari makhluk lain, kelebihan yang tentunya mempunyai nilai lebih dari semua makhluk sehingga kita dipercaya tuhan menjadi khalifah dibumi. tepatnya sebagai pengelolah bumi agar bumi bisa lestari dan dapat menjalankan tugasnya sebagai bumi, dimana ia adalah manusia itu sendiri yaitu ketika manusia dapat mengelola bumi sebagai mana bumi itu sendiri maka bumi pun akan menjaga semua kebutuhan manusia, ketika  manusia hanya dapat mengexploitasi bumi maka bumi pun akan bertindak sama.
Kelebihan lain yaitu manusia diberikan Tuhan basyariah, basyariah adalah kecerdasaan untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. namun, Tuhan juga tidak serta merta langsung memberikan basyariah kepada manusia. Untuk mencapai itu Tuhan memberikan bekal panca indra yang harus dipahami adalah sikap ini(basyariah) tidak langsung namun membutuhkan proses, proses untuk mendapatkan data-data yang kemudian basyariahlah yang akan menanggapi data-data tersebut dengan kongklusi berupa sikap.
Ketika kita melihat dalam diri manusia terdapat begitu banyak kelebihan yang diberikan tuhan maka tentunya kita juga perlu melihat sisi-sisi dimana kita juga harus mengakui bahwa manusia juga diciptkan Tuhan tidak sebaik Malaikat dan tidak seburuk setan. Kekurangan-kekurangan itu yang tentunya harus dipelajari sehingga manusia dapat mewaspadai akan kekurangan itu.
"barang siapa yang mengenal dirinya maka ia mengenal Rabbnya" qoul ini menurut penulis merupakan konsep evaluasi diri. didalam qoul ini manusia dianjurkan melihat diri sendiri untuk melihat Rabbnya. Rabb disini adalah sebuah kebaikan yang masuk pada konsep ihsan (manusia melakukan kebaikan refleksitas,bukan karena adanya Punismen), namun sebelum menemukan kebaikan dalam diri disitu manusia juga akan menemukan sisi kejelakan yang berupa nafsul mazdmumah. nah disitulah kita harus menyadari akan kekurangan kita sehingga diharapkan pada proses selanjutnya akan terjadi proses pembelajaran diri bagaimana cara menangani hal kekurangan tersebut.
semoga kita sebagai manusia dapat tersu belajar dan mampu memperbaiki kekurangan tersebut. Amiin

 

Sex Zaman Victoria

Sejarah perjalanan moral SEX Kristen adalah penting untuk memahami revolusi seks abad ini. Untuk memahami sejarah latar belakang bagaimana moralitas Sex baru itu muncul, penting adanya untuk melihat pada masa ini (masa victoria).
pada masa pravictoria orang kristen puas akan membatasi seks pada perkawinan,orang-orang masa victoria menaruh perhatian tentang bagaimana mengakang seks untuk kemudian menyalurkannya ke tujuan-tujuan yang lebih luhur. Bagi orang Victoria, lelaki bermoral adalah lelaku yang berpantangan dari seks diluar perkawinan, serta akan selektif dan berhati-hati dalam pengungkungan seks dalam perkawinan. Dan wanita bermoral menanggung siksaan sporadis ini dan tak berbuat apa-apa untuk membangkitkan seks. Kesenangan bukanlah tujuan yang pantas bagi kedua kelamin ini, lebih-lebih bagi wanita.
para waktu itu mereka mencoba mengalihkan kebutuhan fitrah sebagai makhluk manusia kepada perkara yang lebih muliah menurut mereka pada waktu  itu, sehingga mereka beranggapan seks adalah suatu hal yang tidak ada manfaatnya dan membuang waktu dalam meningkatkan strata sosial. namun pada perkembangannya pengekangan fitra manusia atas seks yang notabenya hal itu adalah suatu kebutuhan rohani yang tidak dapat disembunyikan dan dibenam, maka terjadilah Revolusi seks pada zaman pasca Victoria.
yang berikut ini adalah sebagai moralitas seks barat Kristen pada abad ke 19:
  1. seks lebih memerosotkan moral ketimbang membujang
  2. nafsu seks pada manusia adalah akibat dosa asal, dan oleh karena itu maka seks untuk kesenangan adalah dosa
  3. seks tanpa kesenangan hanya diizinkan bila maksudnya untuk pembiakan
Diawal abad ke 20, pendangan yang unggul adalah bahwa seks itu buruk pada hakikatnya dan hanya dapat di terima sebagai yang kurang buruk diantara dua keburukan.

baca kelanjutannya revoluasi seks dan soluasi dalam islam  di dalam buku perkawinan dan seks dalam islam karangan Sayyid Muhammad Ridhwi